Sabtu, 22 Oktober 2011

Metodologi & Penelitian Sejarah: MEMPELAJARI DAN MENGAJAR TEKNIK-TEKNIK SEJARAH

MEMPELAJARI DAN MENGAJAR TEKNIK-TEKNIK SEJARAH
Materi dari kelompok BAB VII
Mata Kuliah Metode & Penelitian Sejarah
# KONSEPSI YANG LAZIM MENGENAI SEJARAH
Bagi orang awam, penelitian sejarah digambarkan sebagai pemilihan bahan-bahan dari berbagai buku maupun artikel kemudian disusun kembali menjadi buku. Sistem pendidikan saat ini patutnya membiasakan untuk menganggap buku-buku pegangan sebagai bacaan luar sebagai sejarah.
# Hal yang dilakukan dalam mempelajari dan mengajar teknik-teknik sejarah 
1. Mendorong rasa ingin tahu mahasiswa
Untuk mendorong atau membangkitkan rasa ingin tahu mahsiswa, mahasiswa harus sering diberikan pertanyaan-pertanyaan  mengenai peristiwa sejarah agar mereka dapat berpikir untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
2. Membantu seorang mahasiswa dalam memilih subjek
Membantu mahasiswa menentukan bahasan atau subjek, hal ini untuk menentukan subjek atau bahasan haruslah sesuai yang nanti akan dikaitkan dengan relevansi bahan yang koheren yang kemudian dikontrol oleh pembatasan yang luas dari sebuah tugas akhir.
3.  Alat bantu bibliografi dan nasehat ahli
Untuk memperkaya referensi bagi  mahasiswa, mahasiswa harus tahu mengenai jenis-jenis bibliografi, pembimbing menunjukkan referensi yang digunakan untuk penelitian dan memberi nasehat dan memberi informasi kepada mahasiswa.  
4. Majalah Sejarah yang hipotesis
            Dengan pembimbing mendemonstrasikan bagaimana kerja seorang editor majalah hipotesis dan mengajak mahasiswa belajar maka akan membantu dalam menerangkan kesulitan-kesulitan penyusunan dan pemakaian index untuk memperoleh data dan informasi yang bisa digunakan dalam sebuah penelitian.
5.  Beberapa alat bantu bagi komposisi
            Setiap orang yang bermaksud mengarang suatu pekerjaan yang serius, disamping sebuah kamus yang baik, sebaiknya memiliki thesaurus, sebuah kamus-kutipan, sebuah ensiklopedia satu jilid, dan sebuah manual mengenai persoalan tata bahasa dan langgam yang masih dapat diperdebatkan.
6. Kata yang tepat dan ungkapan yang akurat
Kata yang tepat dan ungkapan yang akurat merupakan hal yang penting, dengan hal itu kebenaran akan menjadi gamblang tanpa penjelasan-penjelasan yang bertele-tele
7. Identifikasi-identifikasi yang layak
Sebaiknya dalam penulisan tidak memasukkan nama –diri seperti nama orang , nama tempat, pengelompokan resmi atau peristiwa kedalam karangannya, tanpa suatu identifikasi. Dimana hal-hal seperti itu akan terasa menggurui dan pedantis.

# Hal yang diperlukan untuk sesuatu komposisi 
Sebelum melakukan penulisan seorang sejarawan haruslah mempunyai rancangan sehingga mempunyai gambaran apa yang menjadi bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Seringkali terjadi di draft pertama, sadar bahwa seluruh komposisi telah digambarkan  secara keliru. Hal itu akan tampak jelas apabila kesimpulan tidak diperoleh secara langsung dan jelas dari bahan-bahan yang telah disajikan. Akibatnya calon pengarang pada tahap itu harus meninjau kembali judul karangannya, apakah sudah cocok dengan apa yang telah ditulisnya, dan apakah perlu menggantinya dengan judul yang baru, sehingga nantinya tidak akan ada tuduhan bahwa judulnya menjanjikan sesuatu yang tidak dapat dipenuhinya.
Kemungkinan yang lain adalah pengarang tidak sepenuhnya menyadari kesalahan yang telah ia buat, hingga pada saat ia telah menyelesaikan draftnya yang pertama. Dalam hal ini, sebaiknya ia mulai dari awal lagi dengan selalu mengingat-ingat bagian-bagian dari hipotesisnya, mencoba membuktikan di setiap bagian step by step dalam suatu draft baru.



Jumat, 21 Oktober 2011

AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di INDONESIA

AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di INDONESIA
PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:

1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.

2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.

1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.

2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.

4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
ü Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
ü Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
ü Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
· Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
· Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
· Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
· Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
· Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
ü Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)

5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

6. Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:

Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.

Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana alam Indonesia.

Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.

7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.

Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.

Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.

Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.

8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
· Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
· Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.
Seni Ukir

Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu.
Contoh :
☻Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid Mantingan, Jepara
☻Di Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau

Pahatan berupa gambar tersebut disebut Arabesk

SENI SASTRA
Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Karya sastra yang berkembang:
1. Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil

2. Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya Islam.
Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang

3. Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja suatu kerajaan Islam
Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad Ranggalawe

SISTEM PEMERINTAHAN
Digunakan aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti dengan adanya :
ü Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung
ü Raja akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang memerintah di Timur Tengah
ü Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.

SOSIAL
v Mulai dikenal sistem demokrasi
v Tidak mengenal adanya sistem kasta
v Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat

FILSAFAT
Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama Islam.
Ø Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih
Ø Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat Islam terhadap Tuhan dan sesama manusia.
Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam.
Ø Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf
Ø Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu Tauhid.
Ø Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada Allah.
Ø Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran kepercayaan.
            


Struktur BIROKRASI ANTARA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI daerah

STRUKTUR BIROKRASI ANTARA KERAJAAN-KERAJAAN
HINDU-BUDDHA DI BERBAGAI DAERAH
Struktur birokrasi kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia biasanya diatur berdasarkan kerajaan pusat-daerah dan pusatvasal
(bawahan). Hubungan antara va alndengan kerajaan pusat terbentuk karena adanya upaya penaklukan. Kerajaan va al wajib memberikan upeti kepada kerajaan
pusat. Kedudukan raja sangat sentral dalam pemerintahan karena adanya kepercayaan bahwa raja adalah wakil dewa di muka bumi. Pandangan ini membuat posisi raja menjadi sangat sakral. Apabila raja meninggal yang berhak menggantikannya adalah anak laki-laki pertama dari permaisurinya. Untuk menjalankan roda pemerintahannya raja dibantu oleh pejabat-pejabat yangnmembentuk birokrasi pemerintahan. Kedudukan raja di kerajaan Mataram berkaitan dengan unsur kosmologi. Manusia adalah mikrokosmos dan jagad raya adalah makrokosmos.
Dalam konsepsi Hindu-Buddha, hubungan antara manusia dengan jagad raya adalah
hubungan kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos. Menurut kepercayaan ini, manusia senantiasa berada di bawah pengaruh tenaga-tenaga yang bersumber pada penjuru mata angin, bintang-bintang, dan planet-planet. Tenaga-tenaga ini mungkin menghasilkan kesejahteraan atau kehancuran, sehingga manusia harus dapat menyesuaikan kehidupan dan kegiatan mereka dengan jagad raya. Kerajaan adalah gambaran sebuah jagad raya dalam bentuk kecil. Penguasa makrokosmos adalah dewa, sedangkan penguasa mikrokosmos
adalah raja, sehingga lahirlah konsep dewa-raja. Raja adalah wakil dewa di muka bumi, kedudukannya dianggap sebagai titisan dari dewa. Hubungan antara raja dan rakyat membentuk struktur yang patrimonial. Dalam hubungan ini tercipta hubungan kawula-gusti. Rakyat lebih banyak melakukan kewajibannya.
Terdapat perbedaan penting mengenai struktur pemerintahan pada kerajaan agraris dan kerajaan maritim. Pada kerajaan maritim seperti Sriwijaya, raja mengawasi langsung pada daerah-daerah yang menjadi pusat-pusat perdagangan. agar tidak ada gangguan terhadap aktivitas perdagangan. Selain itu, raja mengangkat para syahbandar yang mengurusi kegiatan-kegiatan di pelabuhan, sedangkan pada kerajaan agraris, raja tidak melakukan pengawasan langsung kepada kekuasaan-kekuasaan di daerah. Raja mengangkat para pejabat yang berkuasa di daerah-daerah.
Di kerajaan Mataram, yang menjadi pejabat pusat kerajaan adalah para putra raja dan pejabat-pejabat tertentu yang diangkat oleh raja. Putra-putra raja Mataram yang menjabat, mendapat gelar rakarayan mapatih i hino, rakarayan i halu, rakarayan i sirikin, dan wka. Pejabat pusat yang setingkat dengan putra raja yaitu pamgat tiruan. Pejabat pusat yang kedudukannya di bawah kelima pejabat tersebut di atas, bergelar rake halaran, rake pangilhyan, rake wlahan, pamgat manhuri, rake lanka, rake tanjung, pankur, tawan/hahanan, tirip, pamgat wadihati dan pamgat makudur. Belum ditemukan secara pasti tugas masing-masing pejabat, dalam prasasti-prasasti yang ada. Hanya diperkirakan pamgat wadihati dan pamgat makudur bertugas sebagai pemimpin upacara pada saat penetapan sima. Sima
adalah suatu wilayah yang akan dijadikan daerah sumber pandapatan pajak
kerajaan. Pankur, tawan dan tirip bertugas mengurusi pajak yang masuk ke kas kerajaan.
Di kerajaan Bali, terdapat suatu Badan Penasihat Pusat yang disebut pakira-kira I jero makabehan. Badan yang berkedudukan di pusat ini beranggotakan beberapa orang Senapati serta pendeta Siwa dan Buddha. Selain pejabat Senapati, terdapat pula pejabat lainnya seperti Samgat ser Krangan, Samgat ser Kahyangan, Samgat Nayakan Buru, Samgat Caksu Wsi, Samgat Taji, Nayakan jawa, dan sebagainya. Kata ser artinya kepala atau pimpinan, kragan berarti orang yang tidak mempunyai turunan, caksu berarti mata atau pengawas, taji berhubungan dengan sambung ayam, sedangkan ser khayangan berarti pemimpin atau pengawas bangunan suci. Para pendeta di Bali masuk dalam struktur birokrasi kerajaan. Pejabat agama ini memiliki tugas berkaitan dengan pelaksanaan upacara keagamaan dan
terdiri atas dua bagian yaitu untuk agama Siwa bergelar Dharmmadhyaksa ring Kasaiwan, sedangkan untuk golongan Buddha bernama Dharmmadhyaksa ring Kasogatan. Kerajaan Sunda memiliki struktur birokrasi pemerintahan yang terpusat pada raja, raja adalah penguasa tertinggi di pusat. Raja dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh  mangkubumi yang membawahi beberapa orang nu nanganan. Di samping itu terdapat putra mahkota yang akan menggantikan kedudukan raja, jika raja mengundurkan diri atau meninggal dunia. Raja dibantu oleh beberapa orang raja yang berada di daerah, untuk mengurus daerah-daerah yang luas. Raja-raja daerah ini adalah raja yang merdeka dalam melakukan tugasnya sehari-hari, namun mereka tetap mengakui Raja Sunda yang bertakhta di Pakuan Pajajaran atau Dayo sebagai jungjungan mereka. Raja-raja daerah ini, dapat menggantikan raja pusat apabila raja tidak memiliki pewaris. Di pelabuhan diangkat syahbandar, untuk menanganimasalah perniagaan. Kerajaan Majapahit memiliki Bhattara Saptaprabhu atau Dewan Pertimbangan Kerajaan. Dewan ini terdiri atas para sanak saudara raja dan bertugas memberikan pertimbangan kepada raja. Di bawah raja Majapahit terdapat sejumlah raja-raja daerah (paduka bhattara), yang masing-masing memerintah daerahnya sendiri. Biasanya orang yang menjabat sebagai raja daerah adalah sanak saudara raja. Kerajaan daerah bertugas mengumpulkan penghasilan kerajaan dan menyerahkan upeti kepada perbendaharaan kerajaan, dan menjaga pertahanan wilayahnya.
·         Para Bhattara ini melaksanakan segala perintah raja, perintah ini diturunkan kepada pejabat yang disebut Rakryan Mahamantri Kartini, jabatan ini biasanya dijabat oleh putra raja yang terdiri atas tiga orang yaitu Rakryan Mahamantri I Hino, Rakryan Mahamantri I Halu, dan Rakryan Mahamantri I Sirikan.
·         Dari pejabat ini kemudian diturunkan lagi kepada pejabat di bawahnya yaitu para Rakryan Mantriri Pakira-kiran, para Dharmmadhyaksa, dan para Dharmma-uppatti.Rakryan Mantri ri Pakira-kiran adalah sekolmpok pejabat tinggi yang merupakan Dewan Menteri, dan berfungsi sebagai Badan Pelaksana Pemerintahan. Biasanya badan ini terdiri atas lima orang pejabat:
o   RakryanMahapatih atau Patih Hamamangkubhumi (Perdana Menteri atau menteri
utama)
o   Rakryan Tumenggung
o   Rakryan Demung
o   Rakryan Rangga
o   dan Rakryan Kanuruhan.
o   Dharmmadhyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang bertugas menjalankan juridiksi keagamaan. Ada dua Dharmmadhyaksa yaitu:
1.   Dharmmadhyaksa ring Kasaiwan untuk urusan agama Siwa
2.      Dharmmadhyaksa ring Kasogatan untuk urusan agama Buddha.